Meletusnya Gunung Merapi pada 2010 lalu menewaskan sang juru kunci, Mbah Maridjan. Bekas masifnya letusan gunung tersebut bisa Anda saksikan di kawasan Kaliadem, DI Yogyakarta.
Asap masih membungkus puncak Merapi. Setelah berkali-kali erupsi, gunung dengan ketinggian 2.800 mdpl ini seakan tak pernah letih. Wibawanya masih sama, bertengger di samping Gunung Merbabu yang lebih hijau warnanya.
Walaupun tak berada di lokasi kejadian, cerita letusan Gunung Merapi membekas di sanubari. Layar televisi menampilkan gambar rumah-rumah berbalut abu, tim SAR yang lalu-lalang, dan masyarakat yang berusaha menyelamatkan diri. Saya mencoba mengingat berbagai kejadian saat letusan Merapi, sepanjang jalan menuju Kaliadem pada bulan Maret lalu.
Bus yang saya tumpangi berbelok ke kanan, tepat di ujung Jalan Kaliurang. Mulai dari sini jalanan menyempit, rumah penduduk makin jarang, pepohonan makin rapat. Lalu tampaklah sosok Kalikuning.
Dulu, Kalikuning adalah tempat kemping yang hijau dan asri. Namun setelah erupsi Merapi, lahar dingin menyapu seluruh kawasan ini. Kalikuning yang saya lihat hanya sebuah lahan gundul yang luas, dengan batu dan pasir vulkanis sebagai material utama.
Kabut tipis mulai datang, rintik hujan mulai turun. 15 Menit perjalanan hingga saya tiba di Kaliadem. Berada di ketinggian 1.100 mdpl, Kaliadem terletak di lereng selatan Gunung Merapi tepatnya di Kabupaten Sleman. Saat keluar bus, udara dingin langsung menyergap. Terhampar di depan mata, lereng gunung yang didominasi pohon-pohon mati. Hanya ada setitik-dua titik tumbuhan hijau di sela-selanya.
Namun saat saya berbalik badan, warna hijau langsung menyergap mata. Abu vulkanis yang dihasilkan pasca erupsi Merapi adalah berkah bagi kesuburan tanah. Dalam jangka waktu kurang dari 2 tahun, terbukti pepohonan mulai tumbuh. Dataran pun mulai bersemi hijau.
Pasca erupsi, tak ada yang boleh masuk ke wilayah ini kecuali petugas yang berwajib. Bayangkan saja, awan panas yang dulu menyapu tempat ini bersuhu 800 derajat Celcius. Awan panas itulah yang menewaskan beberapa orang termasuk juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan.
Wisatawan bisa menyewa Jeep dan mengikuti Lava Tour. Namun, saya lebih memilih untuk menyewa motor trail untuk menuju rumah Mbah Maridjan. Hanya butuh 10 menit perjalanan, melewati jalan menanjak yang cukup terjal.
Rumah sang juru kunci hancur saat erupsi Merapi. Yang tersisa hanya gubuk kecil berukuran 3x3 meter. Di depannya terdapat reruntuhan musala yang lebih mungil lagi ukurannya. Semasa hidupnya, Mbah Maridjan dikenal sebagai sosok yang ramah dan rendah hati.
"Bayangkan saja, sebagai abdi dalem Keraton Yogyakarta, Mbah Maridjan hanya digaji sekitar Rp 5.000 per bulan," tutur Warsito, seorang warga lokal yang biasa menjadi pemandu di sini.
Di sebelah kiri rumahnya, terdapat sebuah mobil dan dua motor dalam kondisi rusak parah. Ini hanyalah beberapa bukti konkrit ganasnya erupsi Merapi saat itu.
Asap masih membungkus puncak Merapi. Setelah berkali-kali erupsi, gunung dengan ketinggian 2.800 mdpl ini seakan tak pernah letih. Wibawanya masih sama, bertengger di samping Gunung Merbabu yang lebih hijau warnanya.
Walaupun tak berada di lokasi kejadian, cerita letusan Gunung Merapi membekas di sanubari. Layar televisi menampilkan gambar rumah-rumah berbalut abu, tim SAR yang lalu-lalang, dan masyarakat yang berusaha menyelamatkan diri. Saya mencoba mengingat berbagai kejadian saat letusan Merapi, sepanjang jalan menuju Kaliadem pada bulan Maret lalu.
Bus yang saya tumpangi berbelok ke kanan, tepat di ujung Jalan Kaliurang. Mulai dari sini jalanan menyempit, rumah penduduk makin jarang, pepohonan makin rapat. Lalu tampaklah sosok Kalikuning.
Dulu, Kalikuning adalah tempat kemping yang hijau dan asri. Namun setelah erupsi Merapi, lahar dingin menyapu seluruh kawasan ini. Kalikuning yang saya lihat hanya sebuah lahan gundul yang luas, dengan batu dan pasir vulkanis sebagai material utama.
Kabut tipis mulai datang, rintik hujan mulai turun. 15 Menit perjalanan hingga saya tiba di Kaliadem. Berada di ketinggian 1.100 mdpl, Kaliadem terletak di lereng selatan Gunung Merapi tepatnya di Kabupaten Sleman. Saat keluar bus, udara dingin langsung menyergap. Terhampar di depan mata, lereng gunung yang didominasi pohon-pohon mati. Hanya ada setitik-dua titik tumbuhan hijau di sela-selanya.
Namun saat saya berbalik badan, warna hijau langsung menyergap mata. Abu vulkanis yang dihasilkan pasca erupsi Merapi adalah berkah bagi kesuburan tanah. Dalam jangka waktu kurang dari 2 tahun, terbukti pepohonan mulai tumbuh. Dataran pun mulai bersemi hijau.
Pasca erupsi, tak ada yang boleh masuk ke wilayah ini kecuali petugas yang berwajib. Bayangkan saja, awan panas yang dulu menyapu tempat ini bersuhu 800 derajat Celcius. Awan panas itulah yang menewaskan beberapa orang termasuk juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan.
Wisatawan bisa menyewa Jeep dan mengikuti Lava Tour. Namun, saya lebih memilih untuk menyewa motor trail untuk menuju rumah Mbah Maridjan. Hanya butuh 10 menit perjalanan, melewati jalan menanjak yang cukup terjal.
Rumah sang juru kunci hancur saat erupsi Merapi. Yang tersisa hanya gubuk kecil berukuran 3x3 meter. Di depannya terdapat reruntuhan musala yang lebih mungil lagi ukurannya. Semasa hidupnya, Mbah Maridjan dikenal sebagai sosok yang ramah dan rendah hati.
"Bayangkan saja, sebagai abdi dalem Keraton Yogyakarta, Mbah Maridjan hanya digaji sekitar Rp 5.000 per bulan," tutur Warsito, seorang warga lokal yang biasa menjadi pemandu di sini.
Di sebelah kiri rumahnya, terdapat sebuah mobil dan dua motor dalam kondisi rusak parah. Ini hanyalah beberapa bukti konkrit ganasnya erupsi Merapi saat itu.
Jika anda ingin berwisata keliling kota Jogja dan sekitarnya, jangan sungkan-sungkan hubungi kami. KLIK DISINI untuk mendaptkan iformasi lebih lebih lanjut paket wisata di Jogja.