Mungkin belum banyak yg mengenal Candi Kedulan yang berada disebelah barat laut Candi Prambanan ini. Candi yg masih dalam tahap ekskavasi ini menarik utk disimak, mengapa ? karena Candi Kedulan ini salah satu candi yang “terkubur” dibawah tanah. Iya, candi ini terkubur lebih dari 5-7 meter. Wah, karena batuan yg menguburnya ini menjadi menarik buat ahli perbatuan (Geologi).
Kalau selama ini banyak yg tertarik melihat candi ini dari sisi arkeologi, Pak Dr Subagyo dari UGM awal bulan Agustus 2006 lalu mengajak untuk dilihat dari sisi geologi. Looh Geologi bukannya cerita sesuatu yg jutaan tahun lalu ?
Kan, Candi ini paling-paling baru ratusan tahun kan ? Lantas mengapa candi ini terkubur ….. Lah ya ini yang menarik, kan ?
Sesama LOGI (arkeologi dan geologi) keduanya merupakan ilmu tentang masalalu. Keduanya kalau dikombinasikan tentunya menjadi ilmu hidup masa lalu yg sangat mungin bisa dipakai utk hidup masa kini. Candi merupakan peninggalan kehidupan manusia masa lalu, batuan yg menutupi bisa dikaji oleh ahli geologi.
CANDI KEDULAN
Lokasi candi terletak dalam koordinat Lintang Utara 07.44.33,7 dan Bujur Timur 110.28.11,1, sekitar tiga kilometer arah barat laut Candi Prambanan. Situs tersebut dikelilingi sawah dan ladang, sementara rumah penduduk tampak dalam radius sekitar 300 meter. Situs candi Kedulan diketemukan pertama kali pada tahun 1993 oleh para penggali pasir. Karena disekitar lokasi ini banyak sekali endapan pasirnya. Endapan pasir inilah yg mengubur candi Kedulan selama ini.
Secara arkeologis Candi Kedulan merupakan satu-satunya temuan yang benar-benar komplet, meskipun sudah roboh karena terbenam pasir.
Mengapa candi ini ditinggalkan ?
Dari hasil penelitian geologi yang dilakukan oleh Pak Subagyo dkk dari Geologi UGM diketahui candi tersebut terpendam karena tertutup aliran lahar dari letusan Gunung Merapi yang terjadi dalam beberapa periode. Dilihat dari jenis tanah yang menutup candi yang kini telah dibuka atau dilakukan pengerukan, terlihat ada 13 lapis. Beberapa lapisan diketahui berupa endapan lahar, sehingga diperkirakan lahar yang mengubur candi tersebut berasal dari 13 kali letusan Gunung Merapi.
Namun ada sesuatu yg menarik dari penampang susunan batuan (stratigrafi) di lokasi ini. Terlihat adanya bekas pohon yg dijumpai pada lapisan yg sama dengan elevasi dasar candi. menurut para ahli arkeologi, bahwa pada lokasi hampir di semua candi tidak dijumpai pohon yg terletak pada kompleks candi. Pohon biasanya ada di luar candi. Namun mengapa ada pohon didalam kompleks candi ini ? Apakah candi ini berbeda dari candi yg lain ? Dari hasil rekonstruksi sementara menunjukkan bahwa candi ini mirip dengan Candi Sambisari yg terletak dekat (2 Km) dengan lokasi candi ini. Dengan demikian candi ini sudah ditinggalkan (tidak dipakai) sebelum adanya endapan lahar yg menguburnya.
Coba perhatikan gambar penampang runtuhan diatas itu. Terlihat bahwa Pohon terletak dibawah endapan lahar kan ? Ini diinterpretasikan bahwa candi tersebut ditinggalkan bukan karena dikubur oleh lahar. Namun ditinggalkan sebelum terkena lahar ?
Lantas apa yg menjadikan alasan mengapa Candi Kedulan ini ditinggalkan ? …. “lah iya ini mau dijelasin, jangan buru-buru soalnya critanya menarik nih …”
Bagian dasar dari candi ini rusak berat. Bagian dasarnya hancur. Dan ada satu hal yg menarik adalah diketemukannya sebuah lingga (arca) dibagian luar dari pagar kompleks candi yang mungkin merupakan salah satu tanda adanya usaha memindahkan candi-candi ini sebelum terkubur. Jadi apa yg membuat candi ini ditinggalkan ?
Bagian dasar dari candi ini rusak berat. Bagian dasarnya hancur. Dan ada satu hal yg menarik adalah diketemukannya sebuah lingga (arca) dibagian luar dari pagar kompleks candi yang mungkin merupakan salah satu tanda adanya usaha memindahkan candi-candi ini sebelum terkubur. Jadi apa yg membuat candi ini ditinggalkan ?
Apakah terkena runtuhan (longsoran) ?
Kalau dilhat dari morfologi permukaan serta batuan yg menguburnya jelas candi ini tidak terkena longsoran. karena secara topografis berada pada punggungan bukit. Endapan longsoran juga tidak dijumpai pada lapisan-lapisan batuan penutup yg mengubur candi ini. Bahkan yg mengubur berupa endapan lahar. Namun adanya pohon seperti dijelaskan diatas menunjukkan bahwa Candi Kedulan telah ditinggalkan sebelum adanya lahar.
Apakah karena Gempa ?
Kalau dilihat dari struktur dasar candi terlihat bahwa struktur dasar candi ini bergelombang dimana batuan-batuan dibagian dasarnya rusak berat dan berantakan. Disinilah mungkin kuncinya. Candi ini ditinggalkan akibat adanya gempabumi besar yg terjadi di sekitar Jogja. Candi ini ditinggalkan bukan karena terkena lahar merapi, bukan pula akibat longsoran. Selama ini kita melihat merapi sangat aktif. Tentunya banyak potensi bencana dari aktifitas Gunung Merapi. Namun ternyata tidak selalu merapi merupakan penyebab mengapa sebuah candi ditinggalkan atau tidak dipakai lagi.
Bagaimana tinjauan geologi kegempaannya ?
kebetulan saya juga mendengar presentasinya Pak Danny Hilman yang ahli kegempaan Sumatra iini juga telah melihat dan menelitikegempaan Jogja dan sekitarnya . Apa salah satu kesmpulan yg dijumpainya, ternyata sangat menarik.
kebetulan saya juga mendengar presentasinya Pak Danny Hilman yang ahli kegempaan Sumatra iini juga telah melihat dan menelitikegempaan Jogja dan sekitarnya . Apa salah satu kesmpulan yg dijumpainya, ternyata sangat menarik.
Daerah Sumatra merupakan daerah yg memilki kegempaan cukup sering bahkan sangat aktif, dengan frekuensi sangat sering ini menjadikan Sumatra sering menjadi objek penelitian tentang gempa selama ini. Banyak sekali gempa-gempa berkekuatan sedang (4-5 M) terjadi disepanjang Patahan Sumatra, Patahan Mentawai, juga pada zona penunjaman dimana salah satunya penyebab tsunami Aceh (Desember 2004) dan Tsunami Mentawai (Maret 2005). Walupun juga banyak gempa-gempa besar di Sumatra gempa-gempa kecil juga sering terjadi disini.
Sedangkan Jogja dan sekitarnya, termasuk Jawa bagian selatan dan juga zona penunjaman kerak tektoniknya merupakan daerah yg lebih jarang frekuensinya dibanding yang ada di Sumatra. Frekuensinya barangkali 150-200 tahun sekali namun ketika terjadi gempa seringkali berukuran diatas 6/7 SR. Bahkan gempa tahun 1867 yang merusak Taman Sari diselatan Jogja itu diperkirakan berkekuatan 8 MW. Sebuah gempa yg sangat kuat kan ? Ya, perkiraan ini didasarkan atas kerusakan Taman Sari (di selatan Pasar Ngasem Jogja) juga adanya korban hingga 500 orang. Memang sepertinya hanya 500 orang korban meninggal tetapi pada kala itu tentunya Jogja belum sepadat saat ini kan ?
Sedangkan Jogja dan sekitarnya, termasuk Jawa bagian selatan dan juga zona penunjaman kerak tektoniknya merupakan daerah yg lebih jarang frekuensinya dibanding yang ada di Sumatra. Frekuensinya barangkali 150-200 tahun sekali namun ketika terjadi gempa seringkali berukuran diatas 6/7 SR. Bahkan gempa tahun 1867 yang merusak Taman Sari diselatan Jogja itu diperkirakan berkekuatan 8 MW. Sebuah gempa yg sangat kuat kan ? Ya, perkiraan ini didasarkan atas kerusakan Taman Sari (di selatan Pasar Ngasem Jogja) juga adanya korban hingga 500 orang. Memang sepertinya hanya 500 orang korban meninggal tetapi pada kala itu tentunya Jogja belum sepadat saat ini kan ?
Jika anda ingin berwisata keliling kota Jogja dan sekitarnya, jangan sungkan-sungkan hubungi kami. KLIK DISINI untuk mendaptkan iformasi lebih lebih lanjut paket wisata di Jogja.